Author: racchan
Genre: Romance/Drama/Angst.
Rated: K+.
Summary: apa kamu tahu selama ini aku tersiksa karena dirimu, sayang?
.
Enjoyy...!
.
Pagi ini sinar matahari membangunkanku. Tanpa semangat, aku masuk ke kamar mandi. Hahh..., hari ini pasti akan sangat berbeda bagiku. Tak akan ada yang sama lagi. Bangun tidur, mandi, sarapan pagi, ke sekolah, pulang ke rumah, belajar, lalu tidur. Hanya itu yang selalu kulakukan setiap hari. Tapi kini sudah berbeda, karena hari ini dan selanjutnya akan berjalan tanpa ada orang istimewa di sisiku.
Tak ada lagi kamu yang menyemangati, dan membuatku selalu tersenyum. Semuanya akan berubah manjadi abu-abu bagi diriku. Selesai memakai seragam, aku menatap keluar dari jendela kamarku. Daun-daun dari pepohonan mulai berguguran, burung-burung pun berkicauan. Seharusnya pagi ini adalah pagi yang indah dan ceria dalam hidupku. Namun untuk hatiku, tidak. Hatiku begitu terasa mendung. Tak ada sedikit pun cahaya di hatiku.
Ini semua sungguh menyakitkan. Tidak. Aku tidak boleh menangis. Aku sudah berjanji kepadamu bahwa aku takkan menangis lagi. Kamu tak perlu khawatir, aku akan menepatinya. Aku berjalan pelan meninggalkan rumahku. Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali pergi ke sekolah dengan naik bis. Biasanya, kamu sudah menungguku dengan motor Ninja merah milikmu di depan rumahku. Seingatku, jika aku keluar dari rumah, kamu akan menyambutku dengan sapaan hangat, "Selamat Pagi, Kirana.. ." Namun apa yang aku dapatkan hari ini?
Seorang anak perempuan kecil berambut hitam kecokelatan pendek menghampiriku dengan muka sedih. Ia memintaku berjongkok, dan mengelus kepalaku dengan lembut. Ia berkata dengan cadel, "Kakak, kata Mamanya Elika, kakak cowok yang celalu datang ke cini cudah gak ada lagi, ya Kak? Kakak cedih ya? Kata Mama Elika, Kakak menangis... Kakak jangan menangis, nanti Elika ikut cedih.... Janji ya, Kak!"
Aku hanya dapat tersenyum kecil dan mengangguk. Aku tidak mau mengungkitnya lagi. Itu sangat menusuk hatiku.
Di rumah ataupun di sekolah sama menyakitkannya bagiku. Biasanya kalau guru yang lagi mengajar sangat membosankan, pasti akan meluncur satu atau dua gumpalan kertas di mejaku. Masih teringat jelas, kita pernah dihukum berdiri di luar kelas bersama karena kita saling melemparkan kertas yang berisi ledekan dan obrolan via (kertas) mail. Ahh..., menurutku terlalu banyak kenangan kita di sekolah ini. Aku merasa tersiksa dengan kepergianmu. Sungguh, aku tak dapat menahan siksaan ini. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 hingga 6 bulan.
6 bulan sudah aku merasa sangat kesepian dan tersiksa. Aku pun memutuskan untuk memulai membuka lembaran yang baru. Aku pun memutuskan untuk pindah ke luar kota. Maafkan aku, sayang. Sungguh hatiku tak ingin membuang semua kenangan ini. Percayalah, aku melakukan hal ini karena terpaksa.
Tibalah hari dimana aku harus pindah. Aku pun menatap rumahku untuk terakhir kalinya. Lalu aku teringat bagaimana hubungan kita dimulai di rumah ini. Tidak, sayang, aku tak akan mengakhirinya di sini jua. Aku pun masuk ke mobil. "Pa.., aku mau ke sekolah dulu. Mungkin untuk terakhir kalinya.."
Sekolah. Dari aku TK sampai SMA, aku menimba ilmu di tempat ini. Tempat inilah yang menambah wawasanku, membentuk karakterku, membawa kesuksesanku, dan mempertemukan serta mengenalkan dirimu padaku. Kenangan di tempat ini tak kalah banyaknya jika dibandingkan dengan kenangan di rumahku. Aku menatap gedung sekolah tercinta yang akan kutinggalkan.
"Selamat tinggal sekolahku... Mungkin ini yang terakhir kalinya aku melihat mu,"ujarku dengan suara kecil dan lirih.
Papa menepuk pundak kananku dari belakang, "Papa tau ini sanngat berat..tapi ini demi kebaikanmu." Aku hanya menganggukkan kepala dengan pelan. "Apa urusanmu udah selesai? Apa kita sudah bisa ke bandara sekarang?" Aku menggeleng, "Aku ingin pergi ke satu tempat lagi...Ini yang terakhir."
Sampai ditempat tujuan, aku keluar dari mobil dan melangkah pelan menuju arah yang selama ini aku hindari. Aku melihat ukiran namamu. Terukir dengan indah, seindah ukiran namamu di dalam hatiku... Seindah matamu.., tawamu.., dan senyummu. Aku merasa tak kuat untuk berdiri. Dengan perlahan aku pun duduk berlutut. Tanpa perintah apapun, air mataku mengalir. Aku tak ingin menahannya. Aku tak sanggup. Maaf aku tak menepati janjiku padamu untuk tak menangis.
Sayang, maafkan aku tak pernah mengunjungimu. Maaf aku selalu menghinadari tempat ini. Apa kamu tahu selama ini aku tersiksa karena dirimu, sayang? Aku tersiksa dengan kenyataan pahit bahwa penyakit Kanker Otak itu menyerangmu. Kenyataan bahwa kamu harus meninggalkanku sendirian di sini karena penyakit itu.
Sayang, hari ini aku datang untuk terakhir kali. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal. Aku akan pergi ke tempat yang jauh, dan melupakanmu. Melupakanmu untuk sementara, karena pada akhirnya pun aku akan bertemu lagi denganmu. Di hadapan Yang Maha Kuasa... .
-xXx FIN xXx-
A/N: sebenarnya di FPs, tuh saya udah buat.. tapi dengan nekadnya saya malah bikin cerita yang sama pulak! Di cerita ini ada yang benar-benar terjadi di kehidupan saya, contohnya yang saling melempar kertas, Nah.., kalo itu emang REAL!! U KNOW?? #lebay! Tapi yang meninggal itu teman baiknya saya waktu di rawat di RS C*pto...cewek lho! Hadeeuhh... kok malah jadi inget masa2 senang sedih itu sih! Yah, saya cuma butuh komentar anda, wahai para pembaca cerita gaje bikinan saya ini.. Hahaha... Please, komen setelah baca, ya.., saya terima anon, kok! :D
No comments:
Post a Comment